Ikhwah fillah rohimakumullah.
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah Aza Wa Jalla, atas limpahan nikmat iman,islam & ihsan serta kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada kita yang tak terhingga ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rosulullah saw,beserta keluarga,sahabat & para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dijalan dakwah.
Tentang kewajiban ahli waris menqodho puasa orang tuanya, memang hal ini telah menjadi pembahasan para ulama dan menghasilkan pendapat yang beragam. Yang perlu diketahui adalah kondisi pada saat meninggal, jika seorang sedang sakit atau safar dalam bulan ramadhan lalu meninggal di dalamnya, maka sesungguhnya tidak ada qodho baginya –juga bagi ahli warisnya- karena yang bersangkutan belum menjalani hari-hari lainnya (diluar ramadhan) “ faiddzatun min ayyamin ukhor”. Maka yang dimaksud ada kewajiban qodho disini adalah, seorang yang sakit lalu tidak berpuasa di bulan ramadhan, lalu ia sembuh dan mendapati (hari-hari lain di luar ramadhan ) untuk menqodho maka itulah yang wajib diqodho.
Jika seseorang meninggal sebelum menyelesaikan qodho puasanya, maka menurut pendapat ulama hal tersebut bisa ditebus atau dibayarkan oleh ahli warisnya melalui salah satu dari dua hal :
Pertama, yaitu dengan mengqodho puasa atau menjalankan puasa atas nama orang tua yang sudah meninggal. Pendapat ini dikuatkan dengan hadits dari Rasulullah SAW :
“ Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki kewajiban puasa, maka ahli warisnya yang nanti akan mempuasakannya. ”(HR Muslim dari Aisyah)
Begitu pula hadits lain dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : “ ada seseorang yang mendatangi nabi SAW , kemudian dia berkata, “wahai rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, dan dia memiliki utang puasa selama sebulan, apakah aku harus mempuasakannya?” kemudian nabi SAW bersabda, “iya. utang pada Allah lebih pantas engkau tunaikan.”(HR. Bukhori Muslim)
Para ulama menyatakan bahwa hal diatas bukanlah kewajiban namun sunnah. Dr. Yusuf Qardhawi menambahkan bahwa ini adalah salah satu bentuk birrul walidain dan silaturahim semata, karena pada dasarnya seseorang tidak dituntut untuk menanggung beban ibadah dari orang lainnya. Karenanya boleh diqodho namun bukan sebuah kewajiban bagi ahli warisnya.
Kedua, dengan membayarkan fidyah sebanyak hari-hari yang menjadi tanggungan. Membayar fidyah disini adalah sebuah kewajiban, yang diutamakan dikeluarkan terlebih dahulu dari harta warisan yang ditinggalkan, karena hal ini termasuk dalam “hutang” yang disebutkan dalam ayat tentang warisan dengan lafadz “ min bakdi wasiiyatin au dain” (yaitu pembagian warisan setelah ditunaikan dulu wasiat dan hutang mereka yang meninggal).
Jadi, pendapat yang kedua dengan membayar fidyah insya Allah sudah mencukupi, dan lebih memudahkan bagi para ahli waris secara umum. Wallahu a’lam bisshowab.
Semoga bermanfaat, Amin ya Robbal 'alamin.
seputar islam
Senin, 24 Oktober 2011
Sabtu, 22 Oktober 2011
PERINTAH MENGIKUTI TUNTUNAN ALLAH DAN RASULNYA

UNTUK MEMPEROLEH KEBAHAGIAAN HIDUP YANG ABADI
"Wahai orang-orang yang beriman sambutlah seruan Allah dan Rasul apabila menyeru kalian untuk (keselamatan) hidup kalian. Ketahuilah bahwa Allah memisahkan antara manusia dengan hatinya, dan sesungguhnya kepadaNya kalian akan dikumpulkan. Dan jagalah diri kalian dari siksaan yang menimpa tidak khusus pada orang-orang yang zhalim diantara kalian saja. Dan ketahuilah! Sesungguhnya Allah sangat keras siksaanNya."
(Q.S.8 Al-Anfal 24-25)
Dalam ayat ini Allah Aza Wa Jalla memberikan tuntunan kepada hamba-hambaNya untuk menempuh jalan yang menuju kepada kebahagiaan abadi. Allah Maha Mengetahui akan amal lahir dan batin dan sangat dekat kepada manusia.
Dalam ayat ini Allah Aza Wa Jalla memanggil hambaNya dengan julukan yang khusus yaitu kaum beriman yang percaya kepada Allah dan RasulNya yang percaya dengan sepenuh hati sehingga memperoleh cahaya iman. Setelah dipanggil, diperintahkan agar menyambut seruan Allah dan RasulNya yang menganjurkan untuk tetap berjalan di atas hak dan menegakkan kebenaran yang menyebabkan kehidupan yang baik. Seruan yang menyebabkan kehidupan yang baik itu tidak lain berupa panggilan beriman, melaksanakan dan mempertahankan Alquran, jihad serta segala perbuatan taat.
Menyambut seruan ini menghasilkan kehidupan yang abadi sedang menolak seruan akan menjerumuskan manusia ke alam mati yang hakiki, tetap dalam kebodohan.
Allah Aza Wa Jalla memisahkan antara manusia dengan hatinya,sehingga terpisahkan antara manusia kafir dengan manusia ta'at karena hatinya itu. Manusia yang tertutup hatinya termasuk manusia celaka, sedang manusia ta'at akan dihalangi perbuatan ma'siatnya sehingga termasuk manusia bahagia.
Allah yang menggerakkan hati manusia dan menjelmakan segala lintasan hari untuk menerima ajakan dan memiliki aqidah. Segalanya berasal dari Allah Aza Wa Jalla.
Diperintahkan seluruh manusia untuk bergegas melakukan amal shaleh, tidak melambat-lambatkan diri seolah-olah akan panjang umur. Allah yang menetapkan dan menilai segala amal manusia, sehingga akan diperoleh ganjaran atau siksaan.
Kewajiban manusia ialah ta'at dan patuh akan tuntunan Allah dan kelak seluruhnya kembali kepadaNya dan memperoleh balasan tergantung pada tingkat keta'atannya kepad Allah.
Dalam ayat selanjutnya (Q.S.Al-Anfal:25) Allah Aza Wa Jalla, mengingatkan dengan keras agar kaum Mu'minin menghindari diri dari fitnah. Peringatan ini diberikan dengan ancaman bahwa Allah Maha Keras siksaanNya, baik siksaan dunia ataupun siksaan akhirat. Siksaan akan diberikan kepada orang-orang yang membiarkan kemungkaran berlaku dalam kehidupan serta meremehkan amar ma'ruf nahi munkar.
Fitnah itu tidak hanya terkena kepada orang-orang yang zhalim, akan tetapi akan terkena kepada penghuni dunia, baik yang shaleh ataupun yang jahat. Allah akan bertindak menurut iradat kekuasaanNya, meliputi berbagai hikmat yang dalam, sulit terselami oleh akal manusia yang sempit.
Ya Rabb, kami berlindung diri dari siksa neraka jahanam ataupun siksa qubur, dari fitnah hidup dan sakaratul maut dan dari fitnah masihid dajjal. Amin... amin... ya rabbal 'alamin.
Semoga bermanfaat.
Kamis, 20 Oktober 2011
NASIHAT RASULULLAH SAW
Dari Mu'adz bin Jabal R.A, ia berkata, "Pernah aku bersama
Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan. Pada suatu hari aku dekat
sekali dengan beliau kala kami sama-sama menapakan kaki. Aku ber-
kata, "Wahai Rasulullah, beritahulah aku tentang sesuatu perbuat
an yang dapat menghantarkan aku masuk surga dan menjauhkan diriku
dari neraka."
Beliau bersabda,"Kamu telah bertanya tentang sesuatu yang
besar. Hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan Allah bagi
nya. Hendaklah kamu menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya de-
ngan suatu apapun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan menunaikan haji di Baitul Haram."
Kemudian beliau melanjutkan lagi,"Maukah kamu kutunjukkan
pintu-pintu kebaikan?"
"Baik ya Rasulullah," kataku.
Beliau bersabda,"Puasa adalah surga. Shadaqah dapat mema-
damkan kesalahan sebagaimana air yang memadamkan api. Shalat yang
didirikan seseorang di tengah malam adalah syi'ar orang-orang sha-
leh." Lalu beliau membaca ayat Al-Qur'an:
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka
berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka
menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seo-
rang pun tidak mengetahui apa yang di sembunyikan untuk mereka, ya
itu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata seba-
gai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
Beliau bersabda lagi,"Maukah kamu kuberitahu tentang pang-
kal masalah, tonggak, dan yang paling tinggi kedudukannya?"
"Baiklah ya Rasulullah," kataku.
"Pangkal masalah adalah Islam. Tonggaknya adalah shalat,
dan yang paling tinggi kedudukannya adalah jihad."
"Maukah kamu kuberitahu sendi dari semua itu?"
"Tahanlah ini atas dirimu," sabda beliau sambil menunjuk
lidah.
"Wahai Rasulullah, bagaimana kita dapat melakukannya pada-
hal kita berbicara dengan lidah?," kataku.
"Wahai Mu'adz, ibumu akan bersedih karena kematianmu. Apa-
kah manusia menjerumuskan wajahnya ke dalam api atau berkata de-
ngan dengusan hidungnya kecuali diakibatkan oleh lidahnya?"
Itulah sedikit kutipan dari kisah Mu'adz bin Jabal R.A ketika bersama Rosulullah SAW, semoga kita bisa mengambil ibroh / pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu ‘alam bi showwab.
Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan. Pada suatu hari aku dekat
sekali dengan beliau kala kami sama-sama menapakan kaki. Aku ber-
kata, "Wahai Rasulullah, beritahulah aku tentang sesuatu perbuat
an yang dapat menghantarkan aku masuk surga dan menjauhkan diriku
dari neraka."
Beliau bersabda,"Kamu telah bertanya tentang sesuatu yang
besar. Hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan Allah bagi
nya. Hendaklah kamu menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya de-
ngan suatu apapun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan menunaikan haji di Baitul Haram."
Kemudian beliau melanjutkan lagi,"Maukah kamu kutunjukkan
pintu-pintu kebaikan?"
"Baik ya Rasulullah," kataku.
Beliau bersabda,"Puasa adalah surga. Shadaqah dapat mema-
damkan kesalahan sebagaimana air yang memadamkan api. Shalat yang
didirikan seseorang di tengah malam adalah syi'ar orang-orang sha-
leh." Lalu beliau membaca ayat Al-Qur'an:
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka
berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka
menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seo-
rang pun tidak mengetahui apa yang di sembunyikan untuk mereka, ya
itu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata seba-
gai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
Beliau bersabda lagi,"Maukah kamu kuberitahu tentang pang-
kal masalah, tonggak, dan yang paling tinggi kedudukannya?"
"Baiklah ya Rasulullah," kataku.
"Pangkal masalah adalah Islam. Tonggaknya adalah shalat,
dan yang paling tinggi kedudukannya adalah jihad."
"Maukah kamu kuberitahu sendi dari semua itu?"
"Tahanlah ini atas dirimu," sabda beliau sambil menunjuk
lidah.
"Wahai Rasulullah, bagaimana kita dapat melakukannya pada-
hal kita berbicara dengan lidah?," kataku.
"Wahai Mu'adz, ibumu akan bersedih karena kematianmu. Apa-
kah manusia menjerumuskan wajahnya ke dalam api atau berkata de-
ngan dengusan hidungnya kecuali diakibatkan oleh lidahnya?"
Itulah sedikit kutipan dari kisah Mu'adz bin Jabal R.A ketika bersama Rosulullah SAW, semoga kita bisa mengambil ibroh / pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu ‘alam bi showwab.
Langganan:
Postingan (Atom)